MaimunZubair; Syeikh Yusri Mesir: Kiai Maimun Zubair adalah Waliyullah Besar di Indonesia; Pengalaman Santri tentang Keajaiban Mbah Maimun; Bukti Cinta Indonesia, Masyarakat Suriah Gelar Shalat Ghaib untuk Mbah Maimun; Sebelum Wafat, Inilah Pesan Mbah Maimun Zubair yang Sangat Indah; Kisah Mbah Maimun Disebut Maha Kiai Sejak 70 Tahun Lalu Suatu ketika beliau memberi nasihat tertulis kepada para santrinya dan mengatakan ينبغي للطالب سيما في آخر الزمان أن يتعلمون يتلمذ عند عالم يتصل نسبه إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، أو يدرس كتابا من مؤلفات العالم الذي هو من ذرية الرسول صلى الله عليه وسلم. وذلك العالم يسمى في الاصطلاح بعترة الرسول. Seyogyanya bagi seorang pelajar apalagi di jaman akhir, belajar di bawah naungan ahli ilmu yang sanadnya sampai pada Rasulullah SAW, atau mempelajari karya – karya orang Alim yang masih ada hubungan darah dengan Rasulullah SAW, لأن في آخر الزمان يتزلزل إيمان شخص كقطعة من قطع الليل، يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا ويمسي مؤمنا ويصبح كافرا ولا ينجو إيمان إلا إيمان من أحياه الله مآله إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، الذي بابه الأعظم سيدنا علي بن أبي طالب كرم الله وجهه، وهو صحابي Karena di jaman akhir, iman seseorang kerap kali tidak stabil ibarat malam cepat berlalu, kerapkali seorang laki-laki berstatus mukmin di pagi hari, dan berstatus kafir di sore hari, begitu juga tidaklah iman seorang hamba akan selamat kecuali jika Allah hidupkan kembali dengan Ilmu. Dan ilmu Agama hanya bersumber dari Rasulullah, berpintukan Sayyid Ali Bin Abi Thalib selaku sahabat Nabi. لكن كثيرا من الصحبة ليس من أهل البيت أو من ذرية الرسول، لكن أكثرهم من الأجانب مثل أبي بكر وعمر وعثمان وأبي بكر. والصحبة هم العالمون، والعالم مثل النجم، والصحبة هم الأنجم الزهر كما قال سيدنا محمد أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم Hanya saja, tidak sedikit Sahabat-sahabat Nabi yang bukan Ahlul bait atau kerabat Nabi, Akan tetapi melalui jalur nasab berbeda seperti Abu Bakar, Umar dan Sayid Utsman. Para sahabat adalah ahlul ilmi seluruhnya, orang alim itu ibarat bintang-bintang, dan para sahabat nabi adalah bintang-bintang seluruhnya, seperti yang di sabdakan Nabi Muhammad SAW Sahabat-Sahabatku bagaikan bintang, siapapun yang kalian ikuti, dia itu kalian mendapat petunjuk. وفي حق أهل بيته قال رسول الله إن مثل أهل بيتي فيكم مثل سفينة نوح من ركبها نجا ومن تخلف عنها هلك، رواه الحاكم Rasulullah bersabda seputar keistimewaan garis keturunanya Sesungguhnya perumpamaan keluargaku di antara kalian, bagaikan perahu Nabi Nuh AS, barang siapa yang menaikinya beruntunglah dia, dan barang siapa yang membelakanginya hancurlah. HR. Hakam. وقال الديبعي وسفين للنجاة إذا * خفت من طوفان كل أذى فانج فيها لا تكون كذا * واعتصم بالله واستعن Imam Ad-Diba’i berkata Dan perahu ahlul bait untuk keberuntungan saat kau khawatir akan setiap musibah *Maka Keberuntungan akan didapati bagi yang menaikinya musibah tidak akan menerkamnya. Mintalah perlindungan dan pertolongan kepadaAllah. من هم تلك السفينة قال أهل بيت المصطفى الطهر * هل أمان الأرض فادكر شبهوا بالأنجم الزهر * مثل ما قد جاء في السنن Siapakah perahu itu, Imam Ad-Diba’i berkata Mereka adalah Ahlul Bait yang suci, mereka adalah tonggak keamanan bumi. Mereka diumpakan bintang – bintang dan bunga, seperti yang telah di sebutkan di dalam Hadist-Hadits Nabi. ونحن في مثل هذه الأيام إيماننا كثيرا ما يتزلزل بسبب موج من الأمواج التي كنا نراها ونشهدها حولنا Dan saat ini, kami melihat iman-iman kami kerapkali tidak stabil, sebab deraian ombak – ombak yang kami lihat di sekitar .فينبغي لنا أن نركب تلك السفينة التي تجري في البحر ليسلم من موج من الأمواج حتى نلقى ربنا وهو يقبل إيماننا Maka seyogyanya bagi kita menaiki perahu yang sedang berlayar, agar kita selamat dari deraian ombak, hingga kita dapat bersua dengan tuhan dengan membawa iman yang yang tuhan menerima keimanan kita. وذلك الركب بالتعلم والتلمذ من عند الحبيب أو السيد أو بتدريس كتاب من مؤلفات عترة رسول الله Dan tunggangan itu dengan cara belajar dan berguru kepada Habib atau Sayid atau dengan cara belajar karya ulama dari garis keturunan Rasulullah. لكن الجري في البحر لا بد له من معرفة جهة لكيلا يضل، وذلك بمعرفة النجم، والنجم هو العالم Akan tetapi, berlayar di lautan haruslah mengetahui arah agar tidak tersesat, dan hal itu hanya dapat diketahui dengan cara mengetahui bintang, yakni orang-orang alim. فينبغي حينئذ أن يجمع بين العلم الظاهر الذي معظمه من العالم الذي ليس من عترة الرسول، وبين العلم الباطن الذي معظمه من ذرية الرسول Oleh karena itu, seyogyanya bagi seorang pelajar menghimpun ilmu dzahir yang notabenenya hanya di miliki orang alim yang bukan dari jalur Dzurriyah Nabi, dan ilmu batin yang notabenenya dimiliki Dzurriyah Nabi. ولذلك يقرأ شيخنا في المرة القادمة كتاب رسالة المعاونة للسيد عبد الله بن علوي الحداد Oleh sebab itu, syaikhina maimoen pada kesempatan lalu membaca kitab Risalatul mua’wanah karya Sayid Abdullah Bin alawi al haddad. وبعد أن يصلي الصبح يقرأ هو مؤلف الإمام غزالي إحياء علوم الدين. لكي يجمع بين السفينة والنجم حتى يجد درا ياقوتا الذي هو الحقيقة Dan dilanjutkan dengan membaca karya Imam Al-Ghazali “Ihya’ ulumuddin” setelah Shalat Subuh, agar beliau dapat menghimpun antara perahu dan bintang, sehingga memperoleh tempat yang indah bagaikan yaqut yakni Hakikat cinta kepada Allah. وذلك الدر يكون أسفل البحر العميق…والله يوفقنا لما هو رضاه، أستعذر منكم حيث وجدتم في كتابتي هذه كثير الخطأ أو Dan hal itu merupakan nilai yang paling rendah, mudah-mudahan Allah selalu menuntun kita pada jalan yang diridhoinya, ma’afkan aku jika kalian menemukan kesalahan dari apa yang aku tulis, terimakasih. Wallahu a’lam.⁠⁠⁠⁠ MbahAbul Fadhol Senori adalah guru KH. Maimun Zubair Sarang, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Dimyati Rois Kendal, dan lain-lain. Diriwayatkan oleh Menantu Beliau, KH. Minanur Rohman: 1. KH. Abul Fadhol bin KH. Abdus Syakur bin Muhsin bin Saman bin Mbah Serut. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. KH Maimun Zubair adalah seorang ulama ahli fikih, yang berasal dari daerah Rembang tepatnya di Sarang. Masyarakat Rembang biasanya memanggil KH Maimun Zubair dengan sebutan Mbah Moen Mun. Mbah Moen menjadi rujukan para Ulama Indonesia di bidang fiqih. Beliau adalah seorang ulama yang alim, faqih dan menjadi idola pada kalangan anak muda terutama para santri karena kata mutiara dari mbah Moen dapat menjadi penggerak atau gertakan untuk semua umat islam. KH Maimun Zubair lahir pada 28 Oktober 1928 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Beliau adalah putra pertama Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Ibu dari Beliau sendiri adalah putri dari Kiai Ahmad bin Syu'aib, pendiri dari pondok pesantren al - Anwar. Pondok pesantren Al-Anwar saat ini dipimpin oleh beliau sendiri, bahkan saat ini juga terdapat MTS dan MA Al-Anwar. Di tahun 2008, mbah Moen mendirikan pondok pesantren Al-Anwar 2 di Gondan Sarang Rembang, yang diasuh oleh KH Ubab Maimun putranya. Biasanya, di bulan Ramadhan beliau bisa berjam-jam duduk tanpa henti untuk membacakan kitab, semua waktu beliau gunakan hanya mengutamakan untuk ilmu dan para penuntutnya. Yaitu dengan mengajarkan kepada para santrinya. Meskipun Beliau baru pulang dari perjalan sejauh apapun dan keadaan Beliau yang sudah sangat sepuh, Beliau tetap meluangkan waktu untuk mengajar santri-santrinya. Bahkan, beliau sempat tertidur beberapa detik ditengah-tengah membacakan kitab untuk antri-santrinya. Keikhlasan beliau yang begitu besar dalam mengajar dan mendidik para santri tanpa mengharap apapun. Selain menjadi pengasuh pesantrean Al-Anwar, beliau juga menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan. PPP menjadi pilihan Beliau untuk menyalurkan aspirasi umat lewat politik. Beliau juga aktif dalam kepengurusan NU. Pada 1985 - 1990, Beliau menjabat sebagai Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Moen menutup usia di umur 90 tahun tepatnya pada 6/8/2019, beliau wafat di Makkah bertepatan saat beliau menunaikan ibadah haji. Mbah Moen dimakamkan di Ma'la, Mekkah. Makam beliau berdekatan dengan makam guru beliau, Sayid Alawi al-Maliki al-Hasani dan makam istri Rasulullah saw, Sayyidah Beliau, tentu menjadi suatu peristiwa tak terlupakan bagi umat Islam, terutama di Indonesia. Karena seluruh umat islam di Indonesia kehilangan seorang Guru Besar umat muslim, karena Beliau dikenal sebagai sosok yang patut untuk diteladani, karena sifat dan sikap kebajikannya. Beliau adalah orang yang sabar, penyayang, santun, tegas, selalu bersyukur, rendah hati, dan sebagainya. Beliau juga sering memberikan kata - kata mutiara untuk para penuntut ilmu, yaitu para santrinya. Beikut beberapa kata kata mutiara mbah Moen untuk para santrinya;"Ora kabeh wong pinter kuwi bener, ora kabeh wong bener kuwi pinter" yang berarti tidak semua orang pintar itu benar, tidak semua orang benar itu pintar. Daripada menjadi orang pintar tapi tidak benar lebih baik menjadi orang benar walaupun tidak pintar."Ojo mikir engko dadi opo, sing penting sinau sing sergep" Jangan mikir kelak akan jadi apa yang penting belajar yang giat. Kata-kata itu yang selalu disampaikan Mbah Moen kepada santri-santrinya. Lihat Humaniora Selengkapnya KHMaimun Zubair meninggal pada Selasa (6/8/2019) pukul 04.17 waktu setempat. Dilansir dari Kompas.com, jenazah KH Maimun Zubair kabarnya dimakamkan di Makkah pada Selasa "Rencananya dishalatkan di Masjidil Haram usai jemaah zuhur dan dimakamkan di kompleks pemakaman Ma'la," kata Gus Rozin kepada Kompas.com, Selasa (6/8/2019). Nama Maimoen Zubair terkenal di seantaro nusantara sebagai seorang bijak bestari. Beliau akrab disapa Mbah Mun, begitu santri dan masyarakat umum memanggilnya. Setiap tutur kata dan tindakannya senantiasa menjadi panutan bagi santri dan pecintanya. Mbah Mun selalu menyempatkan mengaji untuk santri-santrinya. Terkadang kondisi yang rapuh di usia senjanya tak bisa menyurutkan istiqomahnya dalam mengajar dan mendidik umat. Di sela-sela rutinitas mengaji, beliau tak jarang bahkan seringkali menyempatkan diri menerima tamu-tamu dari berbagai kalangan. Semua diperlakukan sama, dengan penuh penghormatan dan kearifan. Bisa dipastikan, usai mendengarkan wejangan atau nasihat dari Mbah Mun, banyak tamu yang merasa mendapatkan pencerahan atau oase di tengah kebimbangan menjalani kehidupan. Tamu beliau setiap hari berdatangan silih berganti. Jarang sekali menjalani hari-hari tanpa kedatangan tamu. Meski sekadar perkara remeh yang ingin disampaikan oleh tamu, Mbah Mun tak pernah memandang sebelah mata. Semua yang datang sowan didoakan dengan tulus, semoga mendapatkan keberkahan. Mbah Maimun sejatinya bukan hanya membekas di hati para santri dan kalangan pesantren belaka. Para penganut lintas agama tak sedikit yang menyanjungnya dan merasa akrab dengan beliau. Terkadang ada tamu nonmuslim yang datang, sekadar meminta petuah, beliau tetap berkenan menerima dan memberikan wejangan yang dibutuhkan. Saya pernah suatu ketika melihat ada seorang keturunan tionghoa bertamu kepada Mbah Mun. Sepertinya kalau tidak salah tamu tersebut nonmuslim. Tamu tersebut adalah seorang perempuan dengan pakaian yang mungkin bisa dianggap tidak syar’i. Tapi setelah selesai bertamu, tampak raut wajahnya berbinar seakan mendapatkan sesuatu yang mencerahkan. Tidak ada yang meragukan kealiman Mbah Mun. Sanad keilmuan beliau bersambung pada guru-guru mulia yang bertalian langsung sampai kepada Kanjeng Nabi. Banyak bukti yang telah tercatat atau terekam dalam berbagai media. Mbah Mun banyak menulis buku-buku keislaman yang sangat mengagumkan. Di dalamnya bisa ditemui keterangan guru-gurunya. Selain itu pituturnya dalam berbagai momen terekam dalam dunia digital dan tersebar dibanyak media. Dalam banyak keterangan yang disampaikan Mbah Mun, kekayaan khazanah Islam begitu luas dan menjangkau banyak hal. Tentang sosial, ekonomi, budaya sampai tentang nosianalisme. Maka, tak jarang seringkali di sela-sela pengajiannya beliau mengaitkan keterangan-keterangan yang disampaikan tentang Islam yang selalu selaras dengan mencintai tanah air. Jiwa nasionalisme tampak begitu nyata dalam kata-kata dan tindak tanduknya. Mungkin Mbah Mun tak pernah mengenyam pendidikan formal sedikitpun, tapi tak ada yang meragukan keluasan pandangannya tentang nasionalisme. Dalam banyak kesempatan, beliau menyinggung hari lahirnya yang bertepatan dengan deklarasi sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Beliau menegaskan kecintaannya pada tanah air. Baginya Indonesia adalah anugerah yang patut disyukuri dan dijaga bersama. Tak jarang beliau melantangkan sumpah pemuda. Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yang terbingkai dalam Indonesia. Beliau tak segan menyanyikan lagu nasional; satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita, Indonesia pasti jaya untuk selama-lamanya. Bahkan demi menyanyikan Indonesia Raya dalam suatu acara penting, beliau tegar berdiri meski seharusnya tetap duduk di kursi roda. Tak terasa saya merasa haru dan terpompa untuk terus mencintai Indonesia. Banyak kenangan tentang Mbah Mun yang sudah ditulis oleh para santri dan orang-orang yang mencintainya. Tersebar di berbagai media. Sejak kabar wafatnya Mbah Mun tersebar, banyak tulisan yang menceritakan hal-hal berkesan dan membekas. Baik pengalaman pribadi maupun catatan-catatan nasihat yang sempat disampaikan Mbah Mun. Salah satu yang sangat mengesankan adalah tentang anjuran agar tidak mudah menuduh orang lain kafir dan anjuran agar dalam mengajar tak perlu memaksakan diri membuat santri pintar, tapi diniatkan dengan tulus menyampaikan ilmu, sedangkan selebihnya diserahkan kepada Tuhan bagaimana nantinya santri yang diajar. Banyak pesan-pesan yang lebih mengesankan lainnya yang dengan mudah bisa dicari dalam banyak media sosial. Saya ingin mencoba berbagi kesan dalam mengiringi berpulangnya Mbah Mun. Dalam kitab Ta’lim Muta’allim dijelaskan bahwa guru ideal itu mencakup tiga kriteria; alim, wira’i dan sepuh. Tanpa penjelasan lebih lanjut tiga kriteria tersebut bisa kita pahami sebagaimana dulu mengaji di Pesantren. Mbah Mun mencakup ketiga kriteria tersebut tanpa sedikitpun keraguan. Saya yakin semua orang akan bersepakat, baik orang yang mengenal beliau secara langsung maupun tidak. Sempat mencecap ilmu beliau dua tahun lalu 2017, saat ngaji posoan adalah momen yang sangat mengesankan. Saat itu kitab yang dikaji Mbah Mun adalah Ithafu Ahlil Islam bi Khususiyatis Siyam libni Hajar Al-Haitamy. Kitab ini dikaji ba’da Subuh dan ba’da Isya’. Ba’da Subuh kira-kira dimulai jam setengah tujuh sampai menjelang dzuhur jam sebelas atau sekitar jam setengah duabelas siang. Sedangkan ba’da Isya’ dimulai usai merampungkan shalat terawih kira-kira jam delapan sampai menjelang larut malam sekitar jam setengah duabelas malam. Mungkin waktu yang begitu lama, duduk 4-5 jam tanpa istirahat, bagi beliau adalah hal biasa, tapi bagi santri amatir seperti saya duduk sambil konsentrasi menyimak dan mencatat hal-hal penting dalam kitab yang dibaca adalah hal yang sangat melelahkan dan terkadang tak sadarkan diri tertidur pulas alias ndlosor, sampai tiba-tiba pengajian usai. Penjelasan-penjelasan yang disampaikan begitu gamblang dan sangat mencerahkan. Usia yang sudah cukup uzur itu tak berpengaruh pada suaranya yang masih sangat jelas. Saya tak bisa membayangkan bagaimana proses belajar beliau semasa muda, sementara di masa senjanya saja masih begitu kuat berjam-jam menelaah kitab dengan sangat teliti dan cermat. Ingatan dan pandangan beliau yang begitu kuat dan berkarakter khas nasionalis seringkali memukau. Bak lautan tak bertepi, ilmu beliau sangatlah luas. Selalu ada hal yang mengagumkan dalam penyampaiannya. Kealiman beliau benar-benar tak bisa diragukan sama sekali. Setiap kali mengaji, -meski seringkali terkapar-, selalu ada inspirasi dalam keterangan yang disampaikan. Saya meyakini masa muda beliau tak pernah disia-siakan. Sanad ilmu yang didapat dari berbagai guru adalah bukti kesungguhannya dalam menimba ilmu sejak dulu. Karena itu, tak heran jika keilmuannya menyegara atau begitu luas, seluas samudera tak bertepi. Tapi hal itu tidak bisa didapat secara instan. Mbah Mun bertahun-tahun menimba ilmu di berbagai pesantren dengan pelbagai guru yang mumpuni. Keluasan ilmu yang sangat masyhur itu tak lantas membuat Mbah Maimoen cenderung eksklusif dalam menyikapi berbagai persoalan. Dari persoalan masyarakat secara umum sampai soal negara dan bangsa, Mbah Mun selalu menjadi rujukan. Dalam masalah Pilpres misalnya, Mbah Mun selalu mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Siapapun yang terpilih harus bisa menjadi pengayom masyarakat. Kepedulian Mbah Mun terhadap nasib negara dan bangsa sangat besar, hingga meski di usia senjanya itu masih bersedia untuk meluangkan waktu memberikan solusi mengenai persoalan-persoalan politik yang dihadapi negara. Beliau senantiasa mengedepankan perdamaian dan persatuan bangsa. Politik yang diajarkan bukanlah politik praktis, melainkan politik kebangsaan tingkat tinggi. Mbah Maimoen adalah sosok ulama’ kharismatik nasionalis yang memandang siapa dan apapun dengan pandangan kasih sayang. Yandhurul ummah bi’ainir rahmah. Sehingga siapapun dan apapun yang dihadapi akan selalu merasakan kedamaian dan mendapatkan pencerahan yang sangat mengesankan. Tak ada kebencian sedikitpun yang terpancar. Hanya kasih sayang dan cinta yang tulus bagi bangsa dan negara yang selalu tampak dari sosok Maimoen Zubair. Memandang wajahnya yang teduh itu seakan persoalan-persoalan kehidupan yang membuat penat dan menggelisahkan, sirna terkena pancarannya. Cinta dan ilmunya ibarat lautan tak bertepi. Tapi kini Tuhan telah mengambilnya. Kembali ke haribaan-Nya. Saya yakin beliau telah berpulang ke rahmatuLlah dengan penuh senyuman. Sebagaimana senyuman yang senantiasa terpancar saat memberikan wejangan. Selamat jalan Kiai…Semoga kelak panjenengan perkenankan kami sowan bersama, menghadap kanjeng Nabi. Aamiin. DawuhKH. Maimun Zubair" Diantara sebab terbukanya hati ialah menanti kedatangan guru di majlis ilmu" Baca juga : 12 kata mutiara hikmah mbah maimun zubair. Habib Luthfi Bin Yahya "Mensucikan diri penting, tidak mungkin tidak, karena perang dan permusuhan disebabkan kotornya hati, hasud, dengki dan amarah" Umat Islam sedunia sedang khusyuk ibadah haji. Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang didambakan oleh setiap individu umat Islam. Selain thawaf, sa’i, wuquf di Arafah, tahallul, dan lempar jumrah, ibadah haji pun diisi dengan berbagai ibadah dan doa taqarrub mendekatkan diri kepada Allah secara maksimal. Ibadah haji di Tanah Suci dijadikan media untuk beribadah total dan gas poll’.Para alim banyak mendambakan wafat dalam keadaan husnul khatimah. Di antara ciri-ciri husnul khatimah adalah semasa hidup senantiasa taat agama, bermanfaat bagi sesama, dan wafat di saat sedang beribadah. Mbah Maimun wafat di saat sedang menjalankan ibadah haji. Ini adalah kode kuat yang menunjukkan bahwa Mbah Maimun wafat dalam keasaan khusnul khatimah. Bahkan, kematian paling indah adalah kematian di saat beribadah menghadap Allah, seperti haji, shalat, membaca Al-Qur’an, mengajar. Sehingga banyak para alim mendambakan wafat ketika haji atau shalat. Mbah Maemon merenggut kematian dan kematian merenggut Mbah Maimun dengan penuh kemesraan dan indah. Allah mengajak pulang kekasih-Nya, yakni Mbah Maimun dalam keadaan indahnya Para SantriKetika saya nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, ada perhelatan Reuni Akbar yang ternyata dihadiri oleh ribuan alumnus yang notabene kiyai yang memiliki pesantren dengan banyak santri dan alumni serta berpengaruh di tengah umat dan negara. Di antara alumni yang hadir dan memberi sambutan/ceramah yaitu KH. Maimun Zubair Mbah Moen, KH. Musthofa Bisri Gus Mus, KH. Said Aqil Siradj, KH. Nur Iskandar, dan kiai yang alumni, Mbah Moen dengan penuh antosias sering memberikan kata pengantar sembari dibubuhi tanda tangan pada setiap buku karya tulis santri Lirboyo. Seraya memberikan dukungan agar para santri Lirboyo terus berkarya. Tak berlebihan, suport Mbah Moen adalah salah satu faktor belakangan semakin membahananya gerakan literasi di kalangan santri dan tidak sedikit bermunculan penulis muda dari kalangan alumni pesantren Maimun sendiri adalah seorang penulis. Di antara karyanya yaitu al-Ulama al-Mujaddiduna, Tarajum Masyayih al-Ma’had Sarang al-Qadim, Inayat al-Muftaqar bi-Ma Yata’allaq bi-Hidir alaihi as-Salam, Maslak at-Tanasuk al-Makkiy wa sekitar tahun 2005, saya sedang belajar di Universitas Al-Azhar, Mbah Moen sedang berada di Mesir. Saya sowan. Beliau mengajak bicara dengan bahasa Arab fushah. Saya sungguh semakin setiap nasehat dan tausiyahnya, Mbah Maimun menekankan pendidikan tanpa dan anti kekerasan. Mbah Moen bertutur, “Jadi guru itu tidak usah niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridnya tidak pintar. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan niat mendidik yang baik. Masalah muridmu pintar atau tidak serahkan sama Allah. Didoakan saja terus menerus supaya muridmu mendapat hidayah”.Teladan BangsaPada tahun 2012, Mbah Maimun menyerahkan ijazah syair “Syubbanul Wathan, Cinta Tanah Air” karya KH. Abdul Wahab Chasbullah, salah satu tokoh pendiri NU kepada para ulama dan santri Nahdhiyyin. Sebagai berikutYa Lal Wathan Ya Lal Wathan Ya Lal Wathan Hubbul Wathan minal Iman Wala Takun minal Hirman Inhadhu Ahlal Wathan Indonesia Biladiy Anta Unwanul Fakhama Kullu Man Ya’tika Yauma Thamihan Yalqo Himama Pusaka Hati Wahai Tanah Airku Cintamu dalam imanku Jangan halangkan nasibmu Bangkitlah hai bangsaku Indonesia negeriku Engkau panji martabatku Siapa datang mengancammu Kan binasa di bawah ini dimunculkan Mbah Moen pada masa yang tepat. Di saat sebagian umat Muslim euvoria ingin merubah ideologi bangsa ke khilafah atau syariat Islam. Syair tersebut sebentuk konter narasi radikalisme dan mengokohkan nasionalisme. Mbah Maimun hendak menegaskan kembali bahwa cinta tanah air adalah bagian dari keimanan, cinta tanah air merupakan kewajiban akhir hayatnya, Mbah Maimun sedang gencar menyuarakan bahwa ideologi Pancasila sudah final dan NKRI harga mati. Sebab tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan dengan agama. Selaksa Mbah Maimun sedang menyampaikan wasiat terakhirnya pada seluruh anak bangsa, bahwa umat Islam harus bersama-sama dengan umat agama lain berkewajiban menjaga dan memajukan bangsa ini dengan ideologi yang ada.
BacaJuga Biografi Lengkap KH. Hamim Tohari Djazuli (Gus Miek) Beserta Ajarannya. Berikut adalah nasihat Ibunda Ning Jazil, yaitu Bu Nyai Hj. Djamilah Baidlowi: "Walaupun hidupmu sudah berkecukupan tetaplah bekerja, biar hatimu tenang. Karena orang yang punya penghasilan sendiri itu hidupnya akan terjaga. Terjaga dari sikap merepotkan orang
Berikanlahkepada orang yang berduka . Sungguh kalian lebih mengerti dirinya. يَا أُهَيْلَ الْمَعْرُوْف ۞ وَالْعَطَا وَالْمَأْلُوْف. "Yaa Uhailal Ma'ruf Wal Atooil Mauhub". Wahai pemilik kebaikan . Dan pemberian yang disukai. Nah, itulah lirik saduna fiddunya teks Arab, latin dan arti atau UmatIslam yang berada di tanah air menyambut hari raya Idul Adha yang mulia dengan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur, sedangkan jutaan umat Islam di tanah suci Makkah, Arafah dan Mina sedang berkonsentrasi menunaikan manasik haji. Mereka datang dari berbagai pelosok dunia, dari berbagai bangsa dan suku, dari latar belakang yang berbeda, menyatu dalam kepasrahan kepada Latarbelakang pendidikan KH. Maemoen Zubair. KH. Maemoen Zubair hidup dan tumbuh dikalangan ulama' besar, awal beliau belajar pada orang tuanya sendiri (KH. Zubair Dahlan) murid dari As-Syeikh Sa'id Al-Yamany Al-Maliky dan juga murid pertama As-Seikh Hasan (putra As-Syeikh Sa'id) setelah wafatnya As-Syeikh Sa'id. KRub.
  • jiybgj5wm9.pages.dev/169
  • jiybgj5wm9.pages.dev/353
  • jiybgj5wm9.pages.dev/315
  • jiybgj5wm9.pages.dev/157
  • jiybgj5wm9.pages.dev/85
  • jiybgj5wm9.pages.dev/71
  • jiybgj5wm9.pages.dev/399
  • jiybgj5wm9.pages.dev/243
  • kata kata kh maimun zubair tentang santri